Minggu, 06 November 2016

SEJARAH SINGKAT HM. ARSYAD BIN H. DUKARIM

Rabu, 17 Agustus 2011

Sejarah Singkat HM. Arsyad Bin H. Dukarim

Pahlawan perintis kemerdekaan R.I
HM. Arsyad Bin H. Dukarim (7 Mei 1874 – 14 juli 1960)
kemerdekaan yang kita nikmati ini bukanlah sekedar akibat dari "kekalahan Dai Nippon-Jepang pada 14 Agustus 1945, dan bukan pula 'hadiah " dari bangsa kolonialBelanda yang telah menyerahkan "kedaulatan" Republik Indonesia secara penuh pada tahun 1949, melainkan memang benar-benar diperoleh melalui perjuangan yang dilakukan pengorbanan segenap harta, raga dan jiwa para pejuang bangsa.
"HM. Arsyad adalah salah satu tokoh "pejuang dan pelaku sejarah" yang hadir dan terlibat langsung pada tiga dari empat perjuangan".
HM. Arsyad lahir di kampung Maliku, Bati-Bati, Palehari Kalsel pada tanggal 7 Mei 1874. beliau merupakan anak ke-2 dari 7 orang anak dari pasangan H. Dukarim yang merupakan salah seoranng anak saudagar Bugis bernama Kusin, dengan Siti Jaleha atau Datu Tampala, yaitu putri Kepala Suku Dayak Seranau bernama Hengang Sabung.
Pada tahun 1875, yaitu setahun setelah takluknya Kerajaan Banjar oleh Kolonial Belanda, seluruh keluarga HM. Arsyad di “Persona Non Grata” atau diusir keluar Palehari oleh Pemerintah Kolonial Belanda hingga akhirnya hijrah dan memetap di Kampung Basirih.
 HM. Arsyad adalah tokoh yang tidak pernah menikmati pendidikan sekolah Formal seperti halnya para tokoh Nasional yang dikenal dengan “Para Pendiri Bangsa” atau The Founding Fathers, namun HM. Arsyad telah mampu membentuk dirinya menjadi seorang “Pendakwah Agama, Pelopor Pendidikan, Kepanduan dan Perkoprasian, Politikus Handal yang Bertaraf Nasional, dan Bahkan Seorang Patriot yang gigih dan tak Pernah Menyerah  hingga usia 70an tahun. 

“Gambaran perjuangan HM. Arsyad dia ungkapkan dengan pribahasa: Kaki kananku ada di masjid, dan kaki kiriku ada dipenjara”. Yang menggambarkan betapa beratnya perjuangan yang dilakukannya, karena sebagai pemimpin yang tegas dan istiqomah, disamping harus menghadapi kelicikan NICA, dia juga harus menghadapi “penghianatan” dari sekelompok orang yang tergiur iming-iming hadiah dan kedudukan dari pihak penjajah NICA.
HM. Arsyad adalah satu-satunya putra Kalimantan yang pada tahun 1920 memproleh kepercayaan dari Pimpinan Pusat Partai Sarekat Islam (PSI) HOS Tjokroaminoto – H. Agus Salim untuk memimpin PSII Zuider En Oosterafdeeling Van Borneo (Wilayah Kalimantan Bagian Selatan) dan bahkan pada tahun 1930 beliau bersama-sama HOS Tjokroaminoto dan  H. agus Salim menunaikan Ibadah Haji dan memperdalam ilmu Agama Islam di Mekkah.
Melalui kepemimpinan di PSII tersebut, pada tahun 1926 HM. Arsyad berhasil mendirikan sebuah lembaga pendidikan “pribumi” pertama dengan nama Sekolah Serikat  Islam (SI) di Samuda. Dan pada tahun 1931 hingga  1942 HM. Arsyad berhasil mendirikan sebuah Lembaga Kepanduan (Kepramukaan) yang dikenal dengan Pandu SIAP di Samuda dan mengembangkan kegiatan tersebut kedaerah-daerah luar samuda seperti Kuala Pembuang, Kasongan, Kuala Kuayan, Pagatan, Mandawai serta Kumai.
HM. Arsyad satu dari sedikit tokoh yang terlibat langsung dalam “merintis, merebut dan mempertahankan kemerdekaan” yang kita nikmati hingga saat ini.
Melalui hasil didikannya Pandu SIAP HM. Arsyad berhasil melahirkan tokoh-tokoh Samuda sebagai Pelopor dan pemimpin  Pergerakan  Perjuangan diwilayah Kalimantan Tengah yang ditandai dengan beberapa  “Peristiwa Penting” yaitu:
1.     Peristiwa “Apel Proklamasi Kemerdekaan” sekaligus mendirikan Pemerintah Darurat RI Wilayah Samuda yang dipimpin oleh Muhammad Baidawi Udan pada tanggal 8 Oktober 1945,
2.    Pembentukan Batalyon BPRI/TKR  pertama di Samuda yang dikomandani oleh Ali Badrun Maslan Pada Tanggal 11 Oktober 1945 yang dilanjutkan dengan pembentukan  Kompi-Kompi TKR di Samuda, Kuala Pembuang, Mendawai, Pagatan, Pembuang Hulu, Tumbang Samba, Kasongan dan Kuala Kuayan dengan tujuan yang strategis yaitu untuk “mengepung” posisi pemerintah NICA Sampit,
3.    Pada tanggal 24 hingga 28 Nopember 1945 delegasi Pemerintah Darirat RI Samuda melakukan perundingan dengan NICA menyerahkan Sampit secara damai,
4.    Peristiwa Perebutan Sampit atau “Coup De Etat Sampit Tak Berdarah” pada tanggal 29 Nopember 1945 dibawah Komando Pimpinan Pemerintah Darurat RI Samuda dengan dibantu dengan 9 orang Utusan Badan Pembantu Urusan Gubernur (BPUG) Kalimantan Pangeran Muhammad Noor yang sekaligus merupakan Anggota Pimpinan Pusat Badan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) Pimpinan “Bung Tomo” Surabaya yang dipimpin oleh H. Ahmad Hasan serta para pejuang Sampit yang dipelopori oleh Hasyim Djafar,H. Masyur, Abdullah A. Hamzah dll,
5.    Peristiwa “Serangan Umum Banjarmasin” tanggal 15 Desember 1945, meskipun mengalami kegagalan yang disebabkan adanya penghianatan  oleh salah seorang pejuang yang telah menjadi mata-mata (spion) NICA,
6.    Peristiwa serangan 7 Januarui 1946, di Samuda oleh tentera KNIL Dari Banjarmasin, dimana dalam peristiwa tersebut telah menyebabkan gugurnya seorang  dan pejuang yang bernama KurdiPuas serta tertangkapnya seluruh tokoh Pejuang Samuda termasuk HM.Arsyad, bahkan akibat kerasnyan siksaan yang dilakukan KNIL  dua orang Samuda yaitu H. Umar Hasyim dan Muhammad Helmi Aspar meninggal di Penjara Sampit.
Sebagai seorang Pejuang sekaligus Politikus  Perintis kemerdekaan, HM. Arsyad telah mengalami beberapa  peristiwa  penting yaitu:
1.     Tahun 1931 ditangkap dan diintrogasi oleh intelejen NICA akibat adanya laporan  “Spion” namun tidak ditahan,
2.    Tahun 1934 diajak berunding oleh Controleur NICA Sampit diatas Kapal “IRMA” dengan maksud agar HM.Arsyad menghentikan gegiatan politik dan sebagai gantinya NICA akan membangunkan pabrik  Pengasapan Karet.
3.    Tahun 1942 seluruh kegiatan politik dan pendidikan HM. Arsyad dibekukan oleh Pemerintahan Pendudukan Jepang,
4.    Januari 1946 ditangkap dan di “Interneering” di Banjarmasin dan dibebaskan pada Nopember 1946,
5.    Maret 1947 kembali ditangkap dan di”Interneering” di Banjarmasin karena dikhawatirkan masih melakukan kegiatan politik, namun akhirnya dibebaskan pada Agustus 1947.

        Memang tidak dapat dipungkiri bahwa gerak dan langkah perjuangan HM.arsyad dalam menjalankan Dakwah Agama, gerakan-gerakan politik serta keberhasilannya dalam menumbuhkan dan menggerakkan semangat patriotisme tersebut tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan secara langsung dalam sebuah Organisasi Dakwah sekaligus Organisasi Politik Islam mulai dari Syariat dagang Islam  pada tahun 1909 hingga kemudian dikenal menjadi Partai Syariat Islam  Indonesia (PSII), dimana melalui Organisasi tersebut dia mengenal dan bersahabat dengan tokoh-tokoh nasional seperti HOS Tjokroaminoto, KH. Agus Salim  dan lain-lain, pendalaman Agama Islam yang diperolehnya semasa kecil dari Ulama Besar H.Matarif Padli, dan persahabatannya yang “tidak disengaja” semasa remaja dengan dua orang pengusaha berkebangsaan Jerman di Sampit yang bernama Mr. Belher dan Mr. Helkis yang telah banyak memberikan gambaran situasi, taktik dan strategi pada masa perang Dunia ke-1 juga jadi modal yang sangat berharga bagi HM. Arsyad.
        Izinkan kami menutup “Pemaparan Sejarah Singkat” ini dengan sebuah Wasiat HM. Arsyad yang berbunyi;
“Aku tiada Meninggalkan Harta Kekayaan buat kalian , aku hanya mewariskan  sebuah keyakinan iman yang selama ini kupegang teguh melebihkan keteguhanku dalam menentang bangsa Penjajah”
        HM. Arsyad meninggal di Jaya Kelapa pada tanggal 14 juli 1960 dan dimakamkan ditanah miliknya sendiri yang sekarang menjadi “Komplek Makam Pahlawan HM. Arsyad”.
        Semoga kitanya Allah SWT, memberikan Taufik Hidayah serta Hikmah yang dalam bagi kita sekalian dalam mengenang perjuangan para pahlawan kita dimasa lalu untuk dijadikan semangat serta teladan dalam membangun dan membela keutuhan bangsa yang sedang dilanda berbagai krisis sekarang ini, Amin.


Categories:

0 komentar:

Posting Komentar