Rabu, 17 Agustus 2011
Sejarah Singkat HM. Arsyad Bin H. Dukarim
Pahlawan perintis kemerdekaan R.I
HM. Arsyad Bin H. Dukarim (7 Mei 1874 – 14 juli 1960)
kemerdekaan
yang kita nikmati ini bukanlah sekedar akibat dari "kekalahan Dai
Nippon-Jepang pada 14 Agustus 1945, dan bukan pula 'hadiah " dari bangsa
kolonialBelanda yang telah menyerahkan "kedaulatan" Republik Indonesia
secara penuh pada tahun 1949, melainkan memang benar-benar diperoleh
melalui perjuangan yang dilakukan pengorbanan segenap harta, raga dan
jiwa para pejuang bangsa.
"HM.
Arsyad adalah salah satu tokoh "pejuang dan pelaku sejarah" yang hadir
dan terlibat langsung pada tiga dari empat perjuangan".
HM.
Arsyad lahir di kampung Maliku, Bati-Bati, Palehari Kalsel pada tanggal
7 Mei 1874. beliau merupakan anak ke-2 dari 7 orang anak dari pasangan
H. Dukarim yang merupakan salah seoranng anak saudagar Bugis bernama
Kusin, dengan Siti Jaleha atau Datu Tampala, yaitu putri Kepala Suku
Dayak Seranau bernama Hengang Sabung.
Pada
tahun 1875, yaitu setahun setelah takluknya Kerajaan Banjar oleh
Kolonial Belanda, seluruh keluarga HM. Arsyad di “Persona Non Grata”
atau diusir keluar Palehari oleh Pemerintah Kolonial Belanda hingga
akhirnya hijrah dan memetap di Kampung Basirih.
HM.
Arsyad adalah tokoh yang tidak pernah menikmati pendidikan sekolah
Formal seperti halnya para tokoh Nasional yang dikenal dengan “Para
Pendiri Bangsa” atau The Founding Fathers, namun HM. Arsyad telah mampu
membentuk dirinya menjadi seorang “Pendakwah
Agama, Pelopor Pendidikan, Kepanduan dan Perkoprasian, Politikus Handal
yang Bertaraf Nasional, dan Bahkan Seorang Patriot yang gigih dan tak
Pernah Menyerah hingga usia 70an tahun.
“Gambaran
perjuangan HM. Arsyad dia ungkapkan dengan pribahasa: Kaki kananku ada
di masjid, dan kaki kiriku ada dipenjara”. Yang menggambarkan betapa
beratnya perjuangan yang dilakukannya, karena sebagai pemimpin yang
tegas dan istiqomah, disamping harus menghadapi kelicikan NICA, dia juga
harus menghadapi “penghianatan” dari sekelompok orang yang tergiur
iming-iming hadiah dan kedudukan dari pihak penjajah NICA.
HM.
Arsyad adalah satu-satunya putra Kalimantan yang pada tahun 1920
memproleh kepercayaan dari Pimpinan Pusat Partai Sarekat Islam (PSI) HOS
Tjokroaminoto – H. Agus Salim untuk memimpin PSII Zuider En
Oosterafdeeling Van Borneo (Wilayah Kalimantan Bagian Selatan) dan
bahkan pada tahun 1930 beliau bersama-sama HOS Tjokroaminoto dan H.
agus Salim menunaikan Ibadah Haji dan memperdalam ilmu Agama Islam di
Mekkah.
Melalui
kepemimpinan di PSII tersebut, pada tahun 1926 HM. Arsyad berhasil
mendirikan sebuah lembaga pendidikan “pribumi” pertama dengan nama
Sekolah Serikat Islam (SI) di Samuda. Dan pada tahun 1931 hingga 1942
HM. Arsyad berhasil mendirikan sebuah Lembaga Kepanduan (Kepramukaan)
yang dikenal dengan Pandu SIAP di Samuda dan mengembangkan kegiatan
tersebut kedaerah-daerah luar samuda seperti Kuala Pembuang, Kasongan,
Kuala Kuayan, Pagatan, Mandawai serta Kumai.
HM.
Arsyad satu dari sedikit tokoh yang terlibat langsung dalam “merintis,
merebut dan mempertahankan kemerdekaan” yang kita nikmati hingga saat
ini.
Melalui
hasil didikannya Pandu SIAP HM. Arsyad berhasil melahirkan tokoh-tokoh
Samuda sebagai Pelopor dan pemimpin Pergerakan Perjuangan diwilayah
Kalimantan Tengah yang ditandai dengan beberapa “Peristiwa Penting”
yaitu:
1. Peristiwa
“Apel Proklamasi Kemerdekaan” sekaligus mendirikan Pemerintah Darurat
RI Wilayah Samuda yang dipimpin oleh Muhammad Baidawi Udan pada tanggal 8
Oktober 1945,
2. Pembentukan
Batalyon BPRI/TKR pertama di Samuda yang dikomandani oleh Ali Badrun
Maslan Pada Tanggal 11 Oktober 1945 yang dilanjutkan dengan pembentukan
Kompi-Kompi TKR di Samuda, Kuala Pembuang, Mendawai, Pagatan, Pembuang
Hulu, Tumbang Samba, Kasongan dan Kuala Kuayan dengan tujuan yang
strategis yaitu untuk “mengepung” posisi pemerintah NICA Sampit,
3. Pada
tanggal 24 hingga 28 Nopember 1945 delegasi Pemerintah Darirat RI
Samuda melakukan perundingan dengan NICA menyerahkan Sampit secara
damai,
4. Peristiwa
Perebutan Sampit atau “Coup De Etat Sampit Tak Berdarah” pada tanggal
29 Nopember 1945 dibawah Komando Pimpinan Pemerintah Darurat RI Samuda
dengan dibantu dengan 9 orang Utusan Badan Pembantu Urusan Gubernur
(BPUG) Kalimantan Pangeran Muhammad Noor yang sekaligus merupakan
Anggota Pimpinan Pusat Badan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI)
Pimpinan “Bung Tomo” Surabaya yang dipimpin oleh H. Ahmad Hasan serta
para pejuang Sampit yang dipelopori oleh Hasyim Djafar,H. Masyur,
Abdullah A. Hamzah dll,
5. Peristiwa
“Serangan Umum Banjarmasin” tanggal 15 Desember 1945, meskipun
mengalami kegagalan yang disebabkan adanya penghianatan oleh salah
seorang pejuang yang telah menjadi mata-mata (spion) NICA,
6. Peristiwa
serangan 7 Januarui 1946, di Samuda oleh tentera KNIL Dari Banjarmasin,
dimana dalam peristiwa tersebut telah menyebabkan gugurnya seorang dan
pejuang yang bernama KurdiPuas serta tertangkapnya seluruh tokoh
Pejuang Samuda termasuk HM.Arsyad, bahkan akibat kerasnyan siksaan yang
dilakukan KNIL dua orang Samuda yaitu H. Umar Hasyim dan Muhammad Helmi
Aspar meninggal di Penjara Sampit.
Sebagai
seorang Pejuang sekaligus Politikus Perintis kemerdekaan, HM. Arsyad
telah mengalami beberapa peristiwa penting yaitu:
1. Tahun 1931 ditangkap dan diintrogasi oleh intelejen NICA akibat adanya laporan “Spion” namun tidak ditahan,
2. Tahun
1934 diajak berunding oleh Controleur NICA Sampit diatas Kapal “IRMA”
dengan maksud agar HM.Arsyad menghentikan gegiatan politik dan sebagai
gantinya NICA akan membangunkan pabrik Pengasapan Karet.
3. Tahun 1942 seluruh kegiatan politik dan pendidikan HM. Arsyad dibekukan oleh Pemerintahan Pendudukan Jepang,
4. Januari 1946 ditangkap dan di “Interneering” di Banjarmasin dan dibebaskan pada Nopember 1946,
5. Maret
1947 kembali ditangkap dan di”Interneering” di Banjarmasin karena
dikhawatirkan masih melakukan kegiatan politik, namun akhirnya
dibebaskan pada Agustus 1947.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa gerak dan langkah perjuangan
HM.arsyad dalam menjalankan Dakwah Agama, gerakan-gerakan politik serta
keberhasilannya dalam menumbuhkan dan menggerakkan semangat patriotisme
tersebut tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan secara langsung dalam
sebuah Organisasi Dakwah sekaligus Organisasi Politik Islam mulai dari
Syariat dagang Islam pada tahun 1909 hingga kemudian dikenal menjadi
Partai Syariat Islam Indonesia (PSII), dimana melalui Organisasi
tersebut dia mengenal dan bersahabat dengan tokoh-tokoh nasional seperti
HOS Tjokroaminoto, KH. Agus Salim dan lain-lain, pendalaman Agama
Islam yang diperolehnya semasa kecil dari Ulama Besar H.Matarif Padli,
dan persahabatannya yang “tidak disengaja” semasa remaja dengan dua
orang pengusaha berkebangsaan Jerman di Sampit yang bernama Mr. Belher
dan Mr. Helkis yang telah banyak memberikan gambaran situasi, taktik dan
strategi pada masa perang Dunia ke-1 juga jadi modal yang sangat
berharga bagi HM. Arsyad.
Izinkan kami menutup “Pemaparan Sejarah Singkat” ini dengan sebuah Wasiat HM. Arsyad yang berbunyi;
“Aku
tiada Meninggalkan Harta Kekayaan buat kalian , aku hanya mewariskan
sebuah keyakinan iman yang selama ini kupegang teguh melebihkan
keteguhanku dalam menentang bangsa Penjajah”
HM. Arsyad meninggal di Jaya Kelapa pada tanggal 14 juli 1960 dan
dimakamkan ditanah miliknya sendiri yang sekarang menjadi “Komplek Makam
Pahlawan HM. Arsyad”.
Semoga kitanya Allah SWT, memberikan Taufik Hidayah serta Hikmah yang
dalam bagi kita sekalian dalam mengenang perjuangan para pahlawan kita
dimasa lalu untuk dijadikan semangat serta teladan dalam membangun dan
membela keutuhan bangsa yang sedang dilanda berbagai krisis sekarang
ini, Amin.
0 komentar:
Posting Komentar